Metodologi pengajaran merupakan salah satu komponen
penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran pendidikan nilai-nilai
keagamaan di keluarga. Upaya pendidikan Islam di keluarga tidak hanya tertuju
pada pengawetan, pelestarian dan pengalihan ajaran semata, akan tetapi lebih
ditunjukan pada ikhtiar pengembangan sikap beragama atau berubah sikap peserta
didik menjadi agamawan bukan para ahli dalam bidang agama. Oleh sebab itu
pembelajarannya harus kaya dengan metodologi, model, dan pendekatan (Rahmat
dkk., 2008:176).
Rahmat dkk. (2008 : 177) berpendapat bahwa upaya pertama
yang bisa dilakukan orang tua dalam konteks pembelajaran nilai agama di
masyarakat adalah “keteladanan” dalam beragama, seperti menunjukkan ketaatan
dalam beribadah. Cara kedua adalah dengan mengaitkan segala aspek kehidupan
dengan Al-Qur’an. Abdurrahman An-Nahlawi, guru besar Fakultas Tarbiyah di Mesir
menyajikan sejumlah model mengajar Qurani yang perlu dikembangkan lebih lanjut.
Model mengajar yang dimaksudkan adalah kisah Qurani, targhib-tarhib, hiwar,
‘ibra wa mau ‘idzah, hasanah, dan riyadan. Adapun metode yang umumnya
dikembangkan di keluarga adalah kisah Qurani.
Secara istilah atau terminologis, kisah Qurani adalah
pemberitaan Al-Qur’an tentang ummat yang telah lalu, nubuat (kenabian)yang
terdahulu, dan peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak mengandung
keterangan kejadian masa lalu, menyangkut sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri,
dan peninggalan atau jejak setiap umat. Al-Qur’an menceritakan keberadaan
mereka dengan cara yang menarik dan mempesona serta bahasanya yang indah dan
mudah dicerna (Rahmat dkk., 2008 : 179).
Tujuan spesifik dari kisah Qurani dapat dirumuskan
sebagai berikut: a) untuk memberikan argumentasi yang kuat kepada manusia bahwa
Al-Qur’an bukanlah karya manusia tapi merupakan firman Allah yang diwahyukan
kepada nabi Muhammad SAW, b) untuk meluruskan informasi yang salah tentang
peristiwa peristiwa yang sebenarnya terjadi di zaman dahulu yang dipahami dan
diyakini secara keliru khususnya oleh orang orang Yahudi dan Nasrani, c) untuk
memberikan bukti akan kerasulan Nabi Muhammad SAW yang sudah dipersiapkan Allah
jauh sebelumnya seperti dinyatakan olehNabi Isa AS (Qs. 61: 6), d) memberikan
argumentasi yang benar dan rasional tentang konsep ketuhanan seperti dalam
kisah Nabi Ibrahim As, e) menjelaskan bahwa secara keseluruhan ajaran yang dibawa
oleh para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW adalah ajaran islam dan menjelaskakan
bahwa umat islam itu merupakan umat yang satu, f) untuk memberikan motivasi
kepada para pembela dan risalah Allah dengan menjelaskan bahwa Al-Haq itu
selalu menang karena Allah selalu melindungi para pembawa risalah-Nya, g) untuk
memperingatkan kepada manusia akan adanya bahaya penyesatan oleh syaitan dan
memperlihatkan akan adanya permusuhan yang abadi antara manusia dengan syaitan
sejak Nabi Adam As, h) memberikan informasi tentang hari akhirat dan berbagai peristiwa yang pastikan terjadi
terhadap diri manusia sesuai dengan amal perbuatannya masing masing dengan
informasi ini diharapkan muncul rasa takut kepada Allah dalam rangka mendidik
rasa khusyu tunduk patuh dan jiwa ketuhanan lainnya.
Cerita dalam Al-Qur’an mengandung berbagai informasi
tentang peristiwa sejarah baik mengenai kehidupan para nabi, orang-orang
shaleh, orang-orang yang durhaka, ataupun peristiwa-peristiwa lainnya yang
berkenaan dengan sejarah dan perkembangan kehidupan manusia yang sangat penting
untuk diketahui.
Peristiwa-peristiwa dalam Al-Qur’an tidak tersusun secara
kronologis, namun merupakan penggalan-penggalan yang berserakan pada berbagai
surat. Kenyataan ini dimaksud untuk menjustifikasi suatu nilai tertentu atau
suatu informasi agar menarik perhatian penbaca.
Salah satu contoh kisah tentang peristiwa penciptaan Nabi
Adam As. Pertama dimuat dalam surat Al-Baqarah 30-39, kemudian dalam surat
Al-Hijr 28-40. Kisah Nabi Ibrahim As mencari tuhan dimuat dalam surat Al-An’am
74-78, debat ketuhanan dengan kaumnya danayah (paman)nya dimuat dalam
surat Al-Anbiya 51-67, dalam surat Maryam 41-45, Ash Shafat 101-111; kemudian
peristiwa Nabi Musa As dimuat dalam surat A-Qashaash 7-35, surat Thaha 57-73, 85-97,
Al Maidah 21-26, dan dalam banyak surat lainnya, kisah orang saleh seperti
Luqmanul Hakim dalam surat Luqman 12-19, kisah orang yang dzalim seperti Qarun
dimuat dalam surat Al-Qashas 76-82).
Diantara kisah para nabi yang paling terinci dan dimuat
dalam sebuah surat secara khusus, yaitu kisah Nabi Yusuf As yang dimuat dalam
surat Yusuf. Hampir seluruh ayat dari
surat ini menceritakan tentang perjalanan Nabi Yusuf, mulai ayat 4-101 sebaliknya,
walau dinamai surat Ibrahim, namun didalamnya tidak banyak menceritakan tentang
kehidupan Nabi Ibrahim As.
Dari kisah kisah Al Qur’an itu mengandung pelajaran bagi
kehidupan manusia sekaligus menjadi bahan metoda mengajar dalam suatu proses
pendidikan, sebagai mana disebutkan dalam surat Yusuf ayat 111: “sesungguhnya
pada kisah kisah para nabi itu terdapat pengajaran bagi orang orang yang
mempunyai akal”.
Dari uraian diatas kiranya cukup jelas, bahwa metode
kisah Qurani adalah sebuah metode untuk menanamkan nilai-nilai luhur ajaran Islam
melalui kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Agar tidak terjebak dengan
kisah-kisah yang biasa ditulis oleh para penulis kisah, atau penulis sejarah
Islam. Dengan demikian, bahwa kisah Qurani tidak pernah menguraikan suatu kisah
seorang tokoh atau suatu peristiwa secara lengkap dan berkesinambungan.
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an hampir semuanya terputus-putus dalam berbagai surat
dan ayat. Metode kisah Qurani menyajikan suatu pengajaran Islam melalui satu
cuplikan kisah dalam suatu surat Al-Qur’an untuk kemudian dibedah atau
dianalisis nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam cuplikan kisah tersebut.
Tapi untuk membantu pengajaran, orang tua seyogianya menguasai keseluruhan alur
kisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar